
Korupsi yang terjadi di negeri ini sudah menggurita. Korupsi semakin membesar dipercaya karena ketidakjelasan SBY dalam memberantasnya.
"Di tahun 2009, SBY bilang katakan tidak pada korupsi. Harusnya, SBY mendorong KPK untuk semakin memberantas korupsi. Tapi yang terjadi, malah anak buahnya korupsi," kata Guru Besar Universitas Indonesia, Prof. Budiatna dikutip Aktual, Kamis (9/1).
Nah, imbuhnya, giliran Partai Demokrat dibilang partai korup, SBY malah marah. Budiatna memutar memori, SBY malah mengatakan, bukan partainya saja korupsi, partai lain juga banyak yang korupsi.
"Sikap itu kan seperti anak kecil. Kayak anak kecil yang nyolong jambu, tapi anak itu bilang bukan dirinya saja yang nyolong jambu," tambahnya.
Harusnya, SBY menegaskan komitmen pemberantasan korupsi. 'Jangankan anak buah di Demokrat, anak sendiri akan saya tindak'.
Wariskan Kebangkrutan
Sementara, Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) menilai Presiden SBY gagal membangun ketahahan energi. Contoh nyata, selama 10 tahun kepemimpinan, ada begitu banyak daerah yang belum teraliri listrik.
"Sebanyak 13% daerah di Indonesia tidak dialiri listrik. Bahkan 400 desa diantaranya terdapat di Pulau Jawa yang rakus listrik," kata Manager Emergency Response Jatam Ki Bagus Hadi Kusuma, Kamis (9/1)
Dia mengatakan, bukti kegagalan lain SBY manakala Indonesia lebih banyak mengimpor minyak dibanding mengekspor sehingga memaksa Indonesia keluar Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada tahun 2008.
"Tidak ada kemajuan signifikan di sektor energi. Memenuhi pasokan energi saja masih impor," tandasnya.
Kegagalain lain, saat ini, perusahaan minyak swasta dan asing menguasai cadangan minyak bumi Indonesia. Ia menyebut 80% hasil produksi minyak mentah dikuasai perusahaan asing.
Di sektor hilir, SBY juga gagal mengelola karena saat ini perusahaan asing bebas membangun stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Dengan potret itu, maka tak heran kini Indonesia krisis energi. BBM langka dan harga elpiji terus meroket. (*aktual.co)
No comments:
Post a Comment